Thursday, August 20, 2009

Pahlawan juga manusia



"Untuk mewujudkan keinginanku atas Majapahit yang besar. Untuk mewujudkan mimpi kita semua, aku bersumpah akan menjauhi hamukti wiwaha sebelum cita-citaku dan cita-cita kita bersama itu terwujud. Aku tidak akan bersenang-senang dahulu. Aku akan tetap berprihatin dalam puasa tanpa ujung semata-mata demi kebesaran Majapahit. Aku bersumpah untuk tidak beristirahat. Lamun huwus kalah Nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tanjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasek, samana ingsun amukti palapa."


Dengan cara menahan napas, dia mencoba mengendalikan degup jantungnya yang melompat kesana kemari. Mulut ditutup rapat. Gigi gemeretak. Napas yang sekali-sekali memburu beradu cepat dengan derasnya keringat yang membasuh punggung. Matanya memerah dan basah. Sebenarnya selinting rokok di ujung bibir bisa menutupi kegelisahannya, tapi itu jelas bertentangan dengan janjinya untuk tidak menyentuh hal-hal makhruh apalagi haram. Dia tidak ingin menodai saat-saat terakhir perjuangannya dengan keduniawian semacam itu.