Thursday, September 24, 2009

Arloji Untuk Papah


Jalur mudik mbludak. Kepadatan terjadi di hampir setiap jalur. Sebesar apapun persiapan dan antisipasi yang digelar pemerintah, kecelakaan, keterlambatan, terlantarnya pemudik selalu jadi berita dari tahun ke tahun. Setidaknya berita seperti itu yang kurang lebih dilaporkan Indy Rahmawati lewat Apa Kabar Indonesia Pagi di TVONE. Gw sedikit merasa beruntung karena bukan termasuk warga Jakarta yang harus pulang kampung setiap lebaran. Status FB beberapa teman yang mengatakan harus menempuh 19 jam berkendara mobil ke Pekalongan, atau bahkan sampai 30 jam ke Solo benar-benar nggak bisa gw bayangkan. Semangat silaturahmi benar-benar harus dibayar dengan pantat tepos dan kaki kram..


Ternyata kepadatan bukan cuma di jalur mudik. Persis seperti tahun-tahun sebelumnya, menjelang hari raya OSL selalu dipadati kesibukan. Kerja untuk client yang nggak mengenal lebaran menuntut semua personil wajib stand-by pancak baris, siap sedia kembali ke markas bila dibutuhkan, atau lebih parah lagi.. Berangkat ke lokasi untuk emergency response call. Berlebihan? Nope.. Memang itulah yang harus dihadapi. Tahun ini gw dijadwalkan untuk berangkat ke West Berani di Natuna, tapi berhubung semua berjalan lancar, sang manager cuma berpesan (kalo nggak mau dibilang minta tolong) supaya hp tidak dimatikan selama libur lebaran. But it's ok lah.. Setidaknya gw bisa kumpul sama keluarga untuk Idul Fitri tahun ini.

H minus 1. Matahari bersinar terik dan menyilaukan di Bekasi. Walaupun jalan sudah mulai kosong dan nggak macet, bukan berarti puasa hari terakhir nggak penuh dengan cobaan. Suasana Ramadhan memang nggak begitu terasa di Jakarta. Kata teman-teman yang sempat puasa Ramadhan di Malaysia, Brunei, Arab, dan negara-negara muslim lainnya, beberapa kebijakan khusus diterapkan oleh pemerintahnya untuk meng-encourage umat muslim agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan khusyuk, mulai dari penyesuaian jam kerja, waktu buka restoran dan tempat makan, pembatasan tempat hiburan, dan lain sebagainya yang untuk setidaknya menghormati orang-orang yang berpuasa.

Sayangnya di sini masih jauh dari toleransi macam itu. Sabtu, gw jalan ke MM (Metropolitan Mall) Bekasi. Tidak satupun tempat jajan 'berhias renda-renda'. Dari restoran cepat saji sampai kedai bakery semua mempertontonkan lidah gegares komplit dengan klentang-klenting bunyi sendok beradu piring. Wajah-wajah terpelajar dengan table manner setingkat ratu Inggris dengan acuhnya mengiris lembar sirloin, meneguk wedang lemon sitrus, menebar pesona senyum sambil tidak lupa menyilangkan kaki-kaki jenjangnya seakan menahan gatal dari hot pants yang terlalu ketat. (Inilah godaan terbesarnya). Belum lagi gadis-gadis (kalo masih gadis) penjaja Marie Claire yang berdandan terlewat segar wara-wiri di depan pintu gerai seolah meminta dijadikan sasaran busur nafsu yang telah direntang.

Oh iya.. Ceritanya gw ke MM mau cari hadiah ulang tahun buat papah yang ulang tahun ke-70 16 September kemarin. Sempat tanya ke para kakak di rumah apa yang kira-kira enak buat jadi hadiah ultah ayahku yang sebenarnya juga nggak pernah minta hari jadinya diingat-ingat apalagi minta dibeliin hadiah. Dan ketemu..! Setelah melakukan research beberapa hari, ditemukan bahwa arloji papah yang cuma dipakai untuk acara-acara keluarga ternyata talinya sudah berkali-kali putus dan gw juga ingat kalau mamah pernah bilang begitu. Jadilah gw pergi ke toko jam yang terletak nggak jauh setelah pintu masuk baru metmall.

Cari punya cari akhirnya gw memutuskan memilih jam Casio konvensional dengan angka latin di setiap titik jam berlatar warna putih dengan tema silver. Gelang rantai gw minta diganti tali kulit sebagai bonus agar membiasakan dengan tangan papah yang kurang begitu suka model rantai. Bagus juga. Terkesan simple dan klasik. Harganya juga pas dengan budget THR.

Lagipula bagi papah, gw yakin arloji ini adalah apresiasi. Baginya nggak ada yang terlalu dibutuhkan apalagi berbentuk hadiah, secara beliau terbiasa berusaha mendapatkan sendiri apa yang diinginkannya. Ya.. Di samping setiap orang pasti nggak ada yang menolak hadiah apapun, betul gak? Apalagi sebuah jam tangan. Penunjuk waktu. Di usia papah sekarang jelas nggak terlalu banyak aktivitas yang mengikat waktu. Makan dan sholat adalah agenda utama hampir setiap hari di samping menonton Mamah Dedeh & Aa' Abdel setiap subuh dan menyaksikan atraksi cucu-cucu yang kadang bikin geli tapi nggak jarang juga membuat mata melotot plus jantung mau copot. Papah juga sudah punya jam biologis sendiri yang otomatis memberi alarm waktu sholat sehingga tiang agama Insya Allah selalu tegak.

Seperti yang gw bilang tadi, ini adalah apresiasi. Seberapa banyakpun hadiah atau materi yang kita berikan nggak akan pernah bisa membalas jasa orang tua terhadap kita. Gw ingat dulu waktu kecil papah selalu mengajak gw ke Malioboro (sekarang Yogya Department Store) untuk bareng-bareng cukur rambut sebulan sekali. Gw selalu menarik tangan papah untuk (alasannya) sekedar melihat-lihat koleksi TMNT (Teenage Mutant Ninja Turtles) di bagian mainan anak-anak yang pada akhirnya beliau selalu nggak tega untuk tidak membelikan sambil tersenyum merapikan poni rambut gw yang a la George Harrison hasil cukur sebelumnya. Jadilah koleksi gw paling lengkap dibanding teman-teman lain yang kalau cukur nggak pernah di Malioboro kayak gw.. I think I'll have to thank him for this..

Dan semua orang di rumah ikut tersenyum saat beliau tersenyum memakai arloji barunya. Senyum kemenangan secara hari itu adalah 1 Syawal 1430. Selalu ada yang baru di hari Idul Fitri. Kali ini bukan baju koko, sepatu, atau peci baru. Yang baru adalah semangat kami. Atau bahkan semangat seluruh umat muslim pada umumnya. Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan berkah, tetapi kita selalu ingat hanya ketika Ramadhan usai. We never really know what we had until it's gone.

Semua yang gw tulis di blog ini murni curhat pengalaman gw, jadi gw harap gw nggak menyakiti siapapun dalam penulisannya. Kalaupun ada, inilah saat yang tepat untuk mengutarakan maaf sebesar-besarnya dari gw sebagai penulisnya. Minal aidin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.

Semoga Allah memberi kita kesempatan untuk bertemu Ramadhan kembali tahun depan. Amin.

2 comments:

indah said...

Syukur Allhamdulilah, Apih bisa ngasih hadiah buat Papah, walaupun Papah udah lupa sama hari lahirnya sendiri, teteh juga sempet sedih dan seneng begitu liat ekspresi muka Papah terima arloji barunya, pernah beberapa bulan yg lalu dia ngeluh didepan teteh sambil coba ngebenerin jam tangannya yg rusak, teteh cuma bisa mengiyakan aja apa yg dikatakan Papah....Teteh cuma bisa mendoakan aja supaya Papah sehat dan anak2nya gak lepas untuk selalu sabar dan ada setiap dia membutuhkan....

Jalan Keluar said...

Amiin...