Monday, June 30, 2008

Liburan yang berharga


Bulan Mei kemarin gw pergi pulang kampung sama keluarga ke Jawa Tengah. Mumpung ada libur tiga hari dan memang sudah lama banget kita sekeluarga nggak berkunjung ke sana. Terakhir balik sekitar satu setengah tahun yang lalu. Itupun cuma bertiga: gw, nyokap, dan pakde. Waktu itu kita mau nyekar (ziarah dalam bahasa jawa) berhubung mau bulan Ramadhan.

Tapi kali ini kita rombongan. Tiga keluarga sekaligus: Keluarganya Tanti (Azmi, Putri, Hafiz); Keluarganya Budi (Emir minus Hari); Nyokap (Ibu Kusmaryati) & bokap (Bpk. Haniem Irwanto). Plus Tante Atun, Bude Manggarai, dan Ginta yang ikut meramaikan. Oh, mungkin satu keluarga lagi yaitu gw dan Indah yang Insya Allah akan menjadi keluarga bulan Agustus 2008 ini.


Misi utamanya sebenarnya nyekar ke makam kakek-nenek dari kedua orang tua. Katanya sih minta restu para leluhur karena anak-anaknya akan menikah. Bukan bermaksud syirik, tapi apa salahnya mendoakan para pendahulu kita sambil mengharapkan ridho Allah? Sekalian mau menunjukkan ke cucu-cucu kampung halaman mereka sebenarnya. Sebuah tradisi yang menurut gw harus terus dijaga dan jangan sampai hilang.

Berangkat jam 8.30 dari stasiun Jatinegara, kita naik kereta api Sawunggalih jurusan Kutoharjo – salah satu dari sedikit armadanya PT. KAI yang sudi berhenti di Karanganyar, Kebumen, tujuan pertama kita. Biar nyaman dan aman kita ambil gerbong eksekutif (nggak terlalu eksekutif sih.. secara wc-nya masih standard kandang kuda). Satu tiket harganya Rp.120.000. Harga yang menurut gw lumayan murah mengingat kita membawa anak-anak yang tergolong manja plus satu special instrument bernama Emir yang kalo udah kepanasan teriakannya bisa mencapai 82 desibel.

Setelah menempuh sekitar 10 jam perjalanan kita sampai dan langsung menuju hotel Candisari. Hotel model resort ini cuma berjarak 10 menit dari stasiun Karanganyar. Satu hal yang menarik perhatian gw adalah ada beberapa moge parkir di depan lobi. Ini kayaknya sweeper dari sebuah klub motor. Benar aja, hotel tersebut jadi tempat singgah rombongan peserta Jalur Merah Putih dalam rangka memperingati 100 tahun Kebangkitan Nasional. Bakal ramaikah? Ternyata tidak. Bung Sophan Sophiaan - politikus dan aktor senior - yang menjadi kepala rombongan diberitakan tewas hari itu karena motor beliau terjatuh akibat lubang di jalan. Ironis ya.. Momentum kebangkitan yang seharusnya diekspresikan dengan semangat justru memakan korban.


Back to the track.. Program kita dimulai esok harinya. Selesai sarapan kita naik travel yang sudah dipesan jauh hari sebelumnya ke Desa Candi. Tepatnya di kaki Bukit Sigodek – bukit yang digunakan untuk pemakaman orang biasa. Orang biasa? Iya, karena ada satu lagi bukit pemakaman namanya Bukit Sigedong – untuk pemakaman para ningrat atau bangsawan. Pengkotak-kotakan seperti ini memang sudah jadi ciri khas peninggalan budaya feodal jawa-islam, walaupun di Islam nggak ada sistem kasta dan di mata Tuhan kita cuma dibedakan dari tingkat ketakwaan kita kepada-Nya.

Mobil Preggio diparkir di bawah karena kondisi jalan berbatu yang cukup lumayan lebar tapi sulit untuk parkir apalagi balik arah. Jadilah kita ramai-ramai jalan kaki ke atas sejauh setengah kilo sambil nggak lupa foto-foto di setiap spot yang asik karena boleh dibilang pemandangan di sini lumayan adem. Sepanjang pendakian ke atas kita seringkali berpas-pasan dengan penduduk setempat yang sedang melakukan aktivitas sehari-hari. Kalo diperhatikan rata-rata penduduk sini usianya sudah di atas 50-an, bahkan nggak sedikit nenek-nenek yang memikul bakul besar di punggungnya berisi hasil perkebunan untuk dijual ke pasar di bawah. Mungkin orang-orang mudanya sudah keluar kampung untuk mencari peruntungan di kota besar. Yang bikin gw salut adalah kemandirian mereka. Di tengah kemerosotan ekonomi yang merata di setiap daerah, mereka masih mau bekerja sekeras itu di usia yang sudah sangat lanjut. Bandingkan dengan banyaknya pengemis-pengemis di Jakarta yang sebenarnya masih dalam usia produktif. Satu lagi.. Mereka selalu melempar senyum dan menyapa ramah ke setiap orang termasuk ke rombongan kita. Hebat.

Dengan napas terengah-engah dan betis pegal kita akhirnya sampai. Tanpa buang waktu lama kita langsung kumpul membaca Surat Yasin dan memanjatkan doa di depan pusara mbah kakung & mbah putri sambil nggak lupa menyampaikan niat kita yang akan mengadakan hajat pernikahan. Suasana di sini nggak seram layaknya kuburan pada umumnya (gak tau kalo malam). Pohonnya rindang, angin sepoi-sepoi, makam-makam yang terawat, pokoknya nggak ada kesan angker. Cuma kita harus ekstra hati-hati kalo hujan soalnya jalan jadi licin dan berbahaya.

Selesai doa dan tabur bunga ke beberapa makam kerabat (kakek & nenek buyut gw juga dimakamkan di situ), kita turun ke kaki bukit ke tempat mobil parkir dan langsung berangkat ke tujuan berikutnya: Solo – makam kakek dan nenek dari bokap.

Setelah sempat sightseeing sekitar 2 jam di Candi Prambanan kita mampir sebentar di rumah Om Har di Jln. Tjokrobaskoro, Nirbitan, Solo. Istirahat sebentar, beberapa dari kita (nyokap, bokap, Azmi, Tanti, Indah, Putri & Hafiz) berangkat ke daerah Tipes, makam kakek dan nenek dari bokap. Saat itu waktu udah sore dan berhubung kita nggak mau terlalu malam sampai Jogja kita sepakat untuk sebentar aja nyekar ke situ.

Dibandingkan ke makam di Karanganyar, makam di Solo ini yang paling jarang kita kunjungi. Alasannya kadang dibuat-buat, misalnya sudah gak ada waktu, tahun depan aja sekalian, takut gak dapat tiket balik, dan macam-macam keberatan lain yang sebenarnya bisa diatasi. Terbukti kalo kita ada niat dan kemauan pasti kesampaian.

Blok paling depan dari area pemakaman ini ternyata sudah di-book tiga generasi dari satu keluarga besar. Yang sedikit mengejutkan adalah bahwa kakek gw ternyata keturunan Arab. Terus nama keluarga kakek gw jelas terbaca di nisannya: R.M. Danuseputro, begitu juga dengan saudara-saudaranya. Tuh kan.. Kalo gak gini kan kita gak tau silsilah kita.

Sambil menatap satu per satu mata cucu-cucunya, Papah memulai mukadimah dengan 'memperkenalkan' nama orang tuanya. Antusiasme yang sudah lama nggak gw liat dari beliau muncul saat itu. Wajar.. Manusia akan selalu merasa menemukan kembali rumahnya ketika kita pulang ke orang tua kita. Memori saat bersama orang tua pasti terlintas. Kenangan saat kita tumbuh bersama kasih sayang mereka nggak akan pernah bisa hilang. Walaupun mereka pernah berbuat salah, nurani kita akan seperti tidak tertolong untuk memaafkan. Suara serak Papah saat membaca Surat Yasin seperti ingin mengatakan: “Pak, Bu, aku kemari bersama anak dan cucumu. Beristirahatlah dengan tenang karena kami selalu menjaga diri dan tak pernah lupa mendoakan kalian.”

Adzan Maghrib berkumandang. Sore itu gw nggak banyak bicara. Gw mencoba menahan perasaan haru yang takut ketahuan kalo sampai dilihat orang. Mata Papah yang berkaca-kaca bukan karena rindu orang tuanya yang sudah berpuluh-puluh tahun meninggal. Papah tuh orang paling dingin, paling nggak pernah mengungkapkan perasaan apalagi menangis. Air matanya adalah karena hatinya yang bertanya mungkin atau tidak saya tahun depan kembali ziarah seperti ini lagi?


Liburan kali ini bukan sembarang liburan. Liburan ini membawa rasa baru di menu keseharian hidup gw. Rasa sedih? Bukan. Ngapain sedih kalo kita dapat sesuatu yang baru yang berharga buat diri kita. Lagipula besoknya kita ramai-ramai ke Jogja untuk menghabiskan sisa liburan di rumah Pakde Untung di Kaliurang sekalian jalan-jalan ke Keraton dan Malioboro.

Holidays are fun. You should try it sometimes..

1 comment:

indah said...

Jadi sedikit terharu sama posting yg tio buat, emang bener sih jadi kepikiran kalo baru nyekar ke makam, jadi mikir, besok kita masih bisa nyekar lagi gak yah..?, teteh juga ngerasa kok pas lagi di makam keluarga Papah, kalo Papah seneng banget kesana + jadi terharu pas Papah memperkenalkan cucu2nya & bilang punya niat agustus kita nikah, minta didoakan supaya semuanya lancar.Terima kasih buat keluarga Haniem Irwanto, yang dengan senang hati ajak indah untuk dikenali ke semua saudara besar & menerima indah untuk masuk dalam keluarga besar Bapak Haniem Irwanto dan Ibu Kusmaryati. I LOVE U ALL....