Wednesday, September 24, 2008

Buka bersama Instrumentasi 98


Ada beberapa undangan buka puasa bersama tahun ini yang gw lewatin. Selain karena waktu yang gak tepat (di tengah-tengah minggu), tempat juga menjadi masalah. Masa kantor di Cilandak suruh dateng bukber di Semanggi. Yang ada gw kebagian buka di jalan, telat sholat maghrib, dan dicemberutin orang rumah. Maklum aja kendaraan gw masih motor dan kecuali motor boleh lewat tol gw males banget kalo harus bermacet-macetan menyeberangi distrik cuma buat ngejar buka puasa. Emang sih selama bulan puasa jam kantor dicepetin dari yang biasanya '8 to 5' jadi '7.30 to 4', tapi karena gw selalu dateng telat dan kebiasaan 'ibadah' tidur siang di musholla sampe jam 2 rasanya gak enak kalo ikut-ikutan pulang jam 4. Gw kan orang yang tau diri:)


Kecuali satu undangan bukber yang satu ini. Buka bareng Instrumen 98. Undangannya udah dari awal minggu di-sounding oleh Neneng (EO musiman event-event yang melibatkan anak 98) untuk mengantisipasi padatnya jadwal para peserta yang banyak kerja di luar kota sekaligus untuk reservasi tempat dan makanan. Setelah konfirmasi dilakukan melalui email terdaftar sekitar 27-an participant janji akan datang pada acara yang diadakan tanggal 21 September kemarin. Gw sendiri baru kali ini bisa sempat hadir padahal acara buka puasa bersama ini udah rutin diadakan setiap tahunnya. Lebih baik terlambat kan daripada nggak sama sekali.

Berangkat jam 5.05 dari rumah. Sempat kena macet di Kramat Jati dan akhirnya sampai tepat adzan maghrib di Pondok Laras, Kelapa Dua, Depok. Venue yang asik. Lumayan luas dan adem. Cuma nyari parkir aja yang sedikit ribet. Terdiri dari beberapa pondok-pondok lesehan model saung di atas kolam ikan patin dengan nama-nama 'gurun' seperti Madinah, Makkah, dan tempat yang kita pesan bernama Arafah. Tempat ini kayaknya memang udah dirancang untuk acara kumpul-kumpul seperti buka puasa bersama, ulang tahun, meeting, dan lain-lain, tapi kurang pas untuk dipake pacaran apalagi sebagai lokasi penjebakan playboy kabel (secara tempatnya terlalu terbuka:)

Udah duluan sampe adalah Indra, Neneng, Lusi, Yosef, Roil, Ipung, Gugum, Iyan, Husni, Rana, dan Ruli. Jauh dari komplit. Memang hampir gak mungkin mengumpulkan satu angkatan dalam satu waktu mengingat kesibukan masing-masing yang sulit ditinggal. Ada yang bilang anaknya sakit, lagi kebagian piket, bentrok sama bukber lain, dan sebagainya. Gak apa-apa sih, karena gak lama mulai ramai berdatangan Agung GP, Bayu, Jean, Sulis, Gerald, Rama, Aditama (timun), Ade Kancuy, Danang, Chandra, Firdy, Firza, Hamzah, Hendri dan Ijul (in order of appearance).

Yang menarik walaupun ada beberapa yang bawa istri dan gendong anak, penampilan mereka gak banyak berubah dari terakhir gw ketemu mereka bertahun-tahun lalu (kecuali Ijul yg total berubah jadi chubby abis). Salut gw sama anak-anak yang bisa menjaga badannya tetap gak terpolusi oleh sindrom 'suami sejahtera'.

Gw nih tipe orang yang suka memperhatikan perubahan. There is nothing as constant as change. Walaupun gw sendiri gak terlalu banyak melakukan perubahan, karena kita memang harus diam kalo mau memperhatikan sekitar. Pada kesempatan buka bersama ini gw mau melihat perubahan apa aja yang terjadi sama temen-temen kuliah gw dulu. Pencapaian apa yang sudah mereka raih. Dunia apa yang mereka rambah. Apa yang bertambah, tersisa, dan apa yang sudah hilang.

Ternyata gak terlalu banyak perubahan terjadi. Masih tampak sikap sederhana dari teman-teman. Tetap bercanda dengan mengingat kembali kekhilafan dari masa-masa muda yang sombong, sok tau, dan selalu ingin mencari sesuatu yang beda. Walaupun kedewasaan mampu mengikis ego, hedonisme pribadi tetap sulit dibuang jauh. Wajar. Semua orang mau diakui jerih payahnya. Gak mau cuma dibilang beruntung atau ikut-ikutan sukses seseorang. Semua orang mau dibilang sukses karena diri sendiri.

Ah.. Kayak apa sih yang namanya sukses? Gaji puluhan juta, istri cantik, rumah keren di Jakarta Selatan, atau mobil matic paling baru? Kalo itu ukuran sukses sama aja kita menilai manis asam jeruk dari warna kulitnya. Mau lo kerja di KPS atau di service company (udah nasib mau diapain..) kesempatan untuk sukses selalu ada. Profesionalisme dibarengi semangat berkompetisi yang positif akan membuat kita dihargai dan gak dipandang sebelah mata. Belum lagi kalo orang-orang terdekat seperti keluarga mendukung setiap langkah kita dan siap jatuh bangun menapaki tangga kesuksesan. Karena menurut gw sukses adalah proses. Bukan hasil.

Gw senang melihat semua teman-teman datang dengan senyum sumringah. Bersilaturahmi kembali dan saling tanya keadaan masing-masing. Itu karena kita peduli. Kita hadir karena kita ingin mengingat. Kita gak mau kehilangan teman-teman yang hari gini sulit untuk didapat. Percaya atau nggak, makin kita tua makin sulit kita membedakan 'teman' dengan 'teman sejati'. Awan kepentingan mengaburkan penilaian kita. Teman sejati selalu ada gak peduli gimanapun keadaan kita.

Mungkin lo pikir basi hari gini ngomongin teman sejati. Tapi gw akan selalu menganggap semua teman gw adalah teman sejati walaupun mungkin bertepuk sebelah tangan. Karena dunia butuh semangat. Dunia butuh keikhlasan orang-orang yang hidup di dalamnya.

Guys.. You are all my friends and will always be. Mudah-mudahan kita gak pernah putus hubungan dan selalu saling menjaga silaturahmi antara kita. Buka puasa bersama tahunan kayak gini gw harap bakal terus ada. Kalo perlu sampe tua..:)

See you next year!

3 comments:

indah said...

Syukurlah, kalau cintaku menganggap temen cinta itu adalah "teman sejati" walaupun belum tentu mereka menganggap kalau cinta adalah temen sejatinya..., tapi sayang banget, kemarin yang ada di foto itu ada yang dateng ke acara nikahan kita gak? :). Teteh heran kenapa yah setiap kita ada acara ketemuan dengan temen2 lama, kebanyakan yang di bicarakan kesuksesan / hasil yang mereka capai, apa memang biar kelihatan kalau mereka sukses?, berarti itu termasuk golongan orang "riya" atau bukan?. Mengukur seseorang adalah teman sejati kayaknya bisa dilihat dari sejauh mana mereka akan ada dideket kita,cuma hari gini gak banyak temen yang mau berbagi kesusahan kalau kita ada masalah, mereka ada kalau kita lagi seneng aja. Jadi yah berbahagialah kalau masih ada temen yang mau berbagi seneng dan susah sama kita sampe sekarang.

Wibi said...

Hmmm... this is that i really want to hear from a friend, dude.

Yup, gw mulai bisa menggeser definisi kesuksesan gw dahulu yang sempit menjadi lebih bijaksana dan luas. Lha wong kalo dipikir2 sekali lagi kita hidup seperti ini ujug-ujug kita udah berumur 50 - 60 tahun. kalau udah umur segitu apa lagi sih yg dipikirin lagi. selain pingin masuk surga tanpa mampir di neraka dulu. iya tho.

ini gw pelajari pas gw mau cabut (bukan termination) dari pemilik koperol biru yang terkesan arogan itu. insyaallah gw bisa dapet yang much much much much better than that. Yang bisa membuat gw menjadi manusia yang "sukses".

btw besok diposting ya yg masalah bubar kita kmren. cuman berempat tapi seru juga cerita2nya. hehe..

Have a good day..!

~PenulisJarang~ said...

@wibi: hmm..sudah lulus dari sekolah luar biasa ya :D

@msembodo: nice writing, mas