Tuesday, February 24, 2009

Fakta Penciptaan -- Jilid 1

Februari ini bisa dibilang bulan gw paling sedikit di rumah. Mulai tanggal 4 berangkat ke Luwuk, pulang sebentar untuk istirahat sehari langsung pergi lagi ke Selat Madura. Hutan dan laut adalah tempat gw menjemput rezeki. Junior yang masih belum bisa dipromosikan jugalah yang membuat gw harus bolak-balik kesana-kemari mengemban tugas. Kalo nggak dibawa enjoy pasti gw udah mati bosen di tempat-tempat di mana cuma ada nyamuk dan ikan tersebut.



Ada satu hal menarik yang gw dapat waktu mengebor di sumur Matindok. Saat itu kedalaman sudah mencapai sekitar 970 meter memasuki 'payzone'. Setelah diputuskan untuk melakukan coring -- pengambilan sample langsung dari reservoir menggunakan tool (alat) khusus yang canggih dan mahal untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dibanding sekedar menunggu batuan naik ke atas bersama lumpur, geologist membawa hasil coring tersebut ke unit kami. Hasilnya berupa sebuah bongkahan batu berlumuran cairan hitam yang berbau keras menyengat. Orang awam seperti gw cuma mengenal bau seperti itu dengan satu merk yang umum di telinga: Pertamax!



Betul banget. Baru kali itu gw menyentuh sendiri yang sering disebut orang sebagai crude oil (minyak mentah). Eksplorasi yang disinyalir sebagai kabar gembira tersebut membuat wajah para engineer dan operator sedikit lega. Tapi bukan itu yang menarik perhatian gw. Selain properti fisis dari sample batuan tersebut yang unik -- resistivity yang dapat terukur dengan ohm meter digital biasa (meskipun masih menunjukkan skala mega ohm), terlihat juga dengan jelas beberapa jejak macrofossil bentonic terpapar pada hampir setiap sisinya.




Eureka! Buat mereka para ahli geologi dan palaeontologi pasti menganggap ini hal biasa. Tapi buat gw ini adalah sesuatu yang baru. Kapan lagi gw bisa menjadi saksi penemuan bukti nyata keberadaan makhluk dasar laut yang pernah hidup jutaan tahun yang lalu. Dan yang mengasikan lagi adalah bahwa fosil-fosil ini bisa diidentifikasi dengan mata telanjang tanpa perlu menggunakan mikroskop. Sekali lagi kawan, ini cuma 'excitement' dari seorang awam yang udik mengenai sejarah makhluk hidup.

So, what's so exciting? Selain dari hipotesis pribadi yang didasarkan penelitian 30 tahun bernominasi nobel oleh Prof. Aryso Santos dari Brazil yang menemukan bahwa benua yang hilang, Atlantis, ternyata adalah Indonesia, hipotesis itu sederhana saja: "Ngapain ada fosil makhluk dasar laut pada kedalaman ratusan meter di tengah daratan Sulawesi?". Hal lain yang menarik adalah fosil-fosil itu ternyata masih banyak kita jumpai dalam keadaan terhidang lezat di menu restoran-restoran sea food yang biasa kita kunjungi. Ya.. Kerang laut! Aslinya bernama 'oyster', sebuah phyllum moluska dari kelas bivalve yang selain lezat dengan saus bawang juga terlihat indah bila terbungkus mineral-mineral alami yang melengkapi kecantikan istri-istri kita dalam bentuk mutiara.

Jika teori evolusi itu benar adanya, apa mungkin kita hidup satu zaman dengan nenek moyang kita? No way, my friend! Apa yang tercipta dulu sama dengan apa yang ada sekarang. Gw makin percaya bahwa kehidupan manusia dimulai dari Nabi Adam, dan beliau adalah manusia seutuhnya, seperti kita, bukan manusia setengah kera bertingkah laku binatang seperti yang diteorikan Darwin yang sok tau itu.

Ini merupakan salah satu fakta penciptaan. Subhanallah..!

3 comments:

indah said...

mudah2an penemuan selanjutnya jadi lebih menarik lagi, siapa tau nemuin berlian atau mutiara, jadinya bisa jadi oleh2 buat istrinya..:)

Jalan Keluar said...

Dasar wanita.. Tidak menghargai sains..!

Unknown said...

gambar yg paling atas kaya daging beku :D