Monday, March 9, 2009

The Power Of Introspection


Jumat kemarin, enam maret dua ribu sembilan. Jam 8 PM lebih 20 menit gw baru meninggalkan kantor. Kalo bukan gara-gara October Road jam 9 dan kepikiran bakal libur tiga hari esoknya gw pasti udah pulang dua jam sebelumnya. Daripada harus masuk saat libur, mending kerjaan dibabat habis malam itu juga. Sialnya sakit kepala yang didapat dari sore masih belum hilang. Ini bukan migrain, bukan pula jenis sakit kepala tak terganggungkan yang membuat orang harus berguling-guling di kasur karena sakaw memohon ekstra analgesik. Ini cuma kontraksi otot otak yang terlalu lama. Kalo dibikin statistiknya, kurang lebih sekali seminggu gw pasti mengalami ini. Dan seperti biasa, obatnya adalah pijatan sepanjang tulang punggung dan sekitar mata kaki oleh 'masseur' pribadi gw yang lebih mujarab dari obat apa pun minus efek samping, tentunya setelah segelas teh hangat dan obrolan singkat berkualitas sebagai foreplay-nya (hatur nuhun ya teh..). Saran bijak buat yang belum nikah, kalo lo adalah tipe orang yang hobi kerja sampai harus lembur-lembur, carilah istri seperti ini. Buat yang udah nikah, jangan sekali-kali kerja lembur kalo nggak punya istri kayak gini..!


Sebenarnya gw sadar bahwa keseringan lembur seperti ini bisa berdampak negatif terhadap kualitas hidup gw sendiri. Dengan pulang terlambat dan sampai rumah sudah larut, otomatis gw harus terlambat makan malam yang berpotensi menimbun lemak. Terus mandi malam yang jelas nggak bagus buat kesehatan, selain gw gak terlalu setuju dengan segala jenis pemanasan air yang tidak perlu karena membutuhkan bahan bakar yang lumayan menghasilkan CO2 penyumbang pemanasan bumi. Apalagi biasanya setelah itu badan sudah terlalu letih untuk berdiri, rukuk, sujud, dan bangun lagi. Terpaksa ibadah yang satu ini jadi yang paling buntut hampir setiap gw pulang lembur. Padahal gw punya daily planning yang cukup bagus: Bangun jam lima pagi, berangkat kerja jam delapan, pulang jam setengah enam, makan malam jam tujuh, family time sampai jam sembilan malam, dan baca buku sampai terlelap. Ideal kan?

Pemanfaatan waktu. Itu yang menjadi salah satu sasaran gw di tahun ini. Setiap gw terbangun oleh alarm di pagi hari, setiap gw menyobek kalender, setiap gw menulis tanggal di laporan, setiap itu juga gw merasa telah kehilangan banyak hal tanpa disadari. Semua lewat begitu saja. Cepat tak bisa tertangkap, hanyut tak sempat terserap. Sehingga waktu terasa seperti menghukum kelengahan gw. What have I done? Where have I been? Apakah gw sudah cukup berusaha? Apakah gw masih memohon dengan doa yang sama ketika gw meminta Allah meniadakan sakit saat dikhitan belasan tahun lalu? Apakah gw masih menyelipkan jumlah ribuan yang sama ke dalam kotak amal mesjid sejak smp dulu? Gw bahkan udah mulai lupa cium tangan orang tua sebelum keluar rumah. Gw mulai sedikit misuh-misuh kalo mamah minta dipijat karena capek pulang dari pasar. Gw ternyata belum berubah, bahkan tambah buruk..!

Too bad we have to get old. Sayang kita harus bertambah tua. Coba kita bisa selamanya muda. Bakal gw cat ulang kamar gw dengan warna lain setiap minggu. Main gitar sampai pagi. Nonton DVD Rocky empat seri dalam sehari. Pake celana jeans sobek yang nggak dicuci tiga minggu. Online tanpa kenal waktu. Semua kegilaan tanpa pernah mengerti bahwa sang waktu selalu mengikuti, setia pada janjinya untuk mengikis keberadaan tanpa pandang bulu. Tidak Michael Jackson dengan tim dokter ahli anti aging-nya, tidak David Copperfield yang sakti mandraguna, tidak Steven Tyler yang dulu gagah melantangkan 'Dude looks like a lady'. Semua tunduk pada kesaktian sang waktu.

Nggak terkecuali gw. 10 Maret ini gw beranjak 29. Jelas udah nggak muda lagi dibandingkan David Archuleta atau Nikita Willy (ya iyya laahh..). Gw merasa belum banyak yang sudah gw lakukan. Gw seakan masih setengah-setengah dalam mendapatkan sesuatu. Progres gw masih banyak terhenti dalam tahap niat. Serasa selalu ada hantu pesimis bergentayangan dalam setiap usaha yang gw lakukan. Gw ingin lebih bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Mau membangun skala prioritas. Sadar akan kapasitas diri sendiri. Lebih menghargai orang lain. Belajar menerima kenyataan. Bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.

Gw menulis posting ini ditemani Secret Garden dari Bruce Springsteen. Lembut. Selembut nafas lelap bidadari di samping gw yang selalu lebih bisa memanfaatkan waktu dengan tertidur dan terjaga pada waktu yang tepat.

Masih jelas bekas luka tersobek paku di paha kanan gw waktu ketahuan sembunyi di balik gerobak bakso Bang Syardan saat bermain petak umpet kelas tiga sd. Masih gw simpan rapi rapor SD dengan catatan Bu Tri supaya gw lebih rajin lagi di kelas enam. Masih lengkap berbaris album Pearl Jam yang gw beli dari 1991 sampai sekarang. SMA masih belum jauh. 19 seperti baru kemarin. Gw yakin setahun akan tidak terasa. 30 sudah di depan mata. Bahkan 40, atau 50.

Tidak akan pernah lagi gw membiarkan waktu berlalu begitu saja, karena dia tak pernah berhenti, apalagi berbalik arah..

2 comments:

indah said...

Syukur Allhamdulilah, kalau suamiku masih mau introspeksi diri sampe sekarang.. :), umur udah bertambah berarti harus lebih bijak dalam segala hal, harus bisa sedikit2 meninggalkan yg namanya "pesimis", harus bisa lebih tau mana yg harus didahulukan dalam kepentingann pribadi dng kepentingan keluarga :), dan gak pernah bosen untuk menyenangkan orang tua, karna kapan lagi kita bisa membahagiakan orang tua sendiri. Istri cuma bisa mendoakan supaya apa yg suamiku kerjakan bisa bermanfaat untuk semua orang, dan jangan pernah bosen untuk selalu berdoa sama Allah SWT.

Unknown said...

wuoow!! introspeksi yg bagus pak!
niat sudah ada, yg penting usaha, doa dan ikhtiar..
moga2 semua yang dicita2kan, tercapai di kemudian hari.. aminn