Tuesday, March 31, 2009

Bumi tak bernapas (lega) di sini


Suara jauh di ujung sana: "Assalamualaikum.."
Gw: "Waalaikum salam.. Mah, lagi pada ngapain?"
"Lagi nonton TV."
"Tau kan nanti ada apaan?"
"Iyaaa... Yang mati-matiin lampu itu kan?"
"Jam berapa coba..?"
"Setengah sembilan."
"Nah.. Kok masih pada nonton TV?"
"Kan masih lima menit lagi.."
"Matiin semua ya.. Lampu teras, lampu pager, ac, kulkas, pokoknya semua."
"Iya nanti, papah lagi sholat masa digelapin, abis itu dimatiin semua."
"TV juga mati total, jangan standby, tombol depannya dipencet."
"Masa TV juga sih? Kan jadi gelap banget.."
"Lho.. Malah TV yang watt nya besar. Udah pake lilin aja."
"Tapi lagi tanggung Cinta Fitri nih.."
"..."


Satu jam saja. Cuma satu jam. Satu jam yang telah disepakati bersama untuk mengurangi konsumsi daya ternyata masih cukup berat dilaksanakan masyarakat kita. Keberatan yang sebenarnya bisa ditoleransi bila kita mau mengerti makna dari aksi global tersebut. Satu jam berprihatin dalam gelap yang mungkin nggak ada artinya buat kita sebenarnya berpengaruh sangat besar terhadap kemampuan sumber energi (secara ilmiah gak ada sumber energi, karena energi tidak diciptakan dan tidak musnah) untuk 'menabung' potensi mensuplai manusia (kita-kita ini) di kemudian hari.

Di komplek gw tinggal, bahkan di rumah gw tinggal, gw gak bisa memaksakan pemadaman temporer tersebut. Selain karena itu masih rumah mertua, juga ada anak kecil yang ternyata gak bisa tidur tanpa ac. Oke.. Ini yang rata-rata menjadi excuse keluarga-keluarga kita: Anak bangsa manusia yang tidak bisa bertahan tanpa ruangan berpendingin sampai di bawah 22 derajat celcius. Sebuah alasan yang tidak pernah diutarakan keluarga-keluarga daerah tropis dengan kapasitas listrik rumah yang tidak lebih dari 900 watt.


Tapi ternyata ada satu rumah yang berinisiatif mendukung Earth Hour kemarin. Adalah rumah Pak Suwarto di jalan Tampak Siring VI yang terlihat gelap gulita di antara benderang rumah sekitar. Setelah memastikan rumah tersebut bukan gelap karena ditinggal pergi, gw ambil kesempatan mengabadikan tindakan teladan tersebut. It's nice to see somebody cares. Walaupun setelah beberapa saat beberapa rumah ikut mematikan lampu terasnya (gak tau apakah karena kesadaran, solidaritas, atau karena nggak enak..).

Loe boleh menganggap gw ekstrim, berlebihan, sok peduli, atau apalah. Tapi gw cuma berusaha konsisten akan apa yang gw niatkan. Loe mau tau ekstrim? Lihat bagaimana anak-anak Greenpeace merantai diri mereka di kereta-kereta pengangkut kayu di Kanada. Sikap peduli gak akan ada artinya kalau cuma segelintir orang. Kita harus bersama-sama melakukannya. Gedung-gedung cluster server memang tidak boleh mati barang satu detikpun, tapi kalo kita mau beristirahat sejenak dari kegiatan mengakses mereka, stop sementara mengupdate status Facebook, offline kan BB, logout sebentar dari Mail Plus, ini akan sangat-sangat mengurangi kerja server-server tersebut yang otomatis mengurangi konsumsi daya mereka. Sederhana. Tapi ternyata sulit dilakukan.

Kita adalah para orang tua. Kita adalah nenek moyang dari penerus-penerus kita. Kita lah yang sebenarnya berhutang pada mereka. Kita berhutang udara segar, air bersih, cemara hijau pada mereka. Jangan sampai anak cucu kita menyumpah-serapahi kita saat mereka harus membeli air dengan harga mencekik leher di masa nanti. Kita pasti tidak mau mereka sampai berkata: "Apa sih yang dipikirkan orang tua kita dahulu? Kenapa mereka tidak sadar selagi mereka sempat? Lihat kita sekarang yang harus merasakan akibatnya!"

Earth hour 2009 baru saja lewat. Kita sangat menghargai mereka yang turut berpartisipasi. Bagi yang belum, masih ada tahun depan (mudah-mudahan). Tapi juga nggak salah kalau mau berhemat dari sekarang.

Have a good day everyone. Have a bright future tomorrow.

3 comments:

indah said...

Salut dan bangga punya suami bisa peduli sama yang namanya keadaan bumi dan efeknya yang udah cukup terasa sama kita semua, mudah2an tahun depan kita semua bisa lebih peduli lagi, bahkan kota jakarta.. salut deh, mungkin dari banyak temen dan kerabat yang deket sama indah, cuma suamiku aja yang bisa begitu... :)

Unknown said...

kebetulan sabtu malam itu ada di rumah, jadi semua keluarga udah disosialisasikan akan terjadi earth hour, sudah dijelaskan juga dampaknya bagi bumi kita, nyokap sih manggut2 aja. ehh pas jam stgh 9 pemadaman seluruh lampu dimulai, dilanjutin tv, nyokap jadi rada ngambek krn sdg nonton sinetron di indosiar trus ngeliat tetangga2 ngga ada yg dimatiin. akhirnya gw bilang ma nyokap ya udah nyalain aja lagi tvnya.. gw tungguin eh ga taunya ga dinyala2in sampai setengah 10. yipiiee earth hour di rumah gw berjalan dengan sukses!!

Jalan Keluar said...

Gitu doong.. Bagus lah kalo lo termasuk yang peduli..